Selasa, 19 Juli 2016

Any Body Home?

Sudah sekitar empat bulanan saya samaskali tidak memposting apapun di blog ini. Sebagaimana rumah yang lama tak dikunjungi, tentu saya sangat merindukan laman tempat saya mendokumentasikan rasa, ide dan sikap ini. Jadi sebelum nulis panjang lebar, saya mau menyapa unyu blog ini dulu ya

ha loo .... *krik-krik*

Dah ah..
Selama lebih kurang empat bulanan ini, banyak banget sebenernya hal yang pengen saya tulis dan post di sini. Tapi, karena sebuah alasan yang saya terlalu benci untuk mengutarakannya, topik-topik itu nggak jadi saya tulis dalam masing-masing postingan, dan akan saya rapel dalam postingan edisi rindu kali ini  *pasang ikat kepala*

Here we go!!!

Dimulai dari bulan April. Jadi, pada tanggal 20-25, salah satu organisasi yang saya ikuti dimalang mengadakan sebuah pelatihan kepemudaan tingkat nasional. Pada kegiatan ini, saya diamanahkan mejadi tim komisi disiplin dalam perangkat kepanitiaan. Wow, unbelievable. Makhluk serapuh saya ini diminta untuk mendisiplinkan peserta pelatihan yang sangat mungkin jauh lebih disiplin dari saya. They are really kidding me i thought.

Saya lalu bergalau ria antara menerima atau tidak. Pikiran saya nyaris kacau, memikirkan amanah yang sangat tidak biasa ini. Kalo bisa milih mending jadi ketua pelaksana sekalian deh daripada diminta kadi komdis. Ketahuilah, beban yang menurut saya teramat berat ini bukan karena jobdesk membangunkan peserta pukul 01.30 dini hari kemudian mengevaluasi hingga pukul 03.30 setiap harinya selama 4 hari. Bukan tentang upaya-upaya merubah  orang menjadi dispilin  yang agak mustahil dilakukan dalam waktu 4 hari. Dan bukan pula karena takut akan perubahan siklus biologi saya yang akan menyamai kelelawar nanti.

Hanya karena satu hal.  Beban amanah jadi komdis menurut saya teramat dekat dengan predikat munafik. 

Selang beberapa hari menggalau dengan sedikit drama, akhirnya saya membuat sebuah keputusan. Inna a’malu binniati. Saya meyakinkan diri bahwa saya diberi tanggung jawab bukan karena kemauan saya tapi karena saya dipercaya dan insya Allah dapat diandalkan. Tidakkah ini adalah kesempatan yang baik untuk memantaskan diri menjadi sebenar-benarnya manusia yang disiplin? Tidakkah ini menjadi sebuah peluang untuk turut serta dalam lomba menuju kebaikan? Bismillah I can do it. mari memulai amanah ini dengan memantaskan diri sebagai seorang evaluator *tapi tetap saja nggak terlalu pantas hiks*.

Menyadari bahwa dengan senjata lidah yang tajamnya akan menyayat hati dan peluru kata yang dapat menembus jantung bagi mereka yang akan dievaluasi, sekiranya ini akan menjadi sebuah pengingat yang mematikan  jika saja saya diuji dengan kadar iman yang terjun bebas suatu hari nanti. Naudzubillah min dzalik.

Well, saya dan tim komdis dengan segenap masalah yang kami punya, berhasil mengeksekusi tugas kami dengan baik. Wallahu alam dengan keadaan diri kami masing-masing  yang tak luput dari kalimat istighfar tiap menitnya. 

Tanggal 20-25 April 2016 menjadi empat hari yang benar-benar menguras  tenaga, emosi, pikiran, dan isi dompet tentunya. Dengan kondisi fisik yang sangat sangat rapuh ini, rasanya memang predikat “sok kuat” dari seorang sahabat terlihat pantas dinobatkan pada diri saya.

Pada suatu hari dalam empat hari tersebut, saya harus memaksakan diri  untuk tetap ON selama 24 jam karena terhimpit agenda yang  berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Well, saya benar-benar tidak punya pilhan untuk tidur meski sejam dan mencoba untuk bertahan melewati semua rintangan *le bay Riii*

Hari itu adalah tanggal 22 April. 24 Jam pada hari jumat tersebut terasa seperti hadiah dari Allah. Rasa lelah yang saya rasakan kiranya tak sebanding dengan perasaan bahagia.  Bagaimana tidak, 24 jam pada hari itu terasa sungguh sangat produktif. Sebuah kesempatan berharga bagi saya untuk menjadi sebaik-baik manusia, dengan bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu saya  tuliskan disini apa saja agenda dalam 24 jam itu, bercerita seperti ini saja sudah cukup untuk menjadikan saya manusia yang luar biasa riya wkwkw.

Kemudian, sebuah ujianpun datang (lagi). Seminggu setelah perhelatan akbar agenda Pelatihan Pemuda tersebut, saya kembali jatuh sakit sesuai dengan prediksi mereka yang cukup mengenal bahwa musuh terbesar bagi benteng pertahanan kesehatan saya adalah rasa lelah.  Bukan hal yang langka memang. Bahkan, saya nyaris terbiasa dengan keadaan seperti ini. Yeah, i had been making a shit deal with it.

Demi tidak merusak salah satu resolusi di tahun 2016 ini, yaitu tidak kembali dirawat di Rumah Sakit, saya berusaha semaksimal mungkin, dengan sedikit  ilmu yang saya miliki sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, untuk menyembuhkan diri tanpa harus ke Rumah Sakit. Tiga hari berturut-turut saya diserang demam tinggi dengan komplikasi batuk yang bisa dibilang sangat parah. Obat yang saya konsumsi tak mampu menstabilkan kembali kondisi badan saya. Hingga akhirnya saya harus melantunkan sebuah lagu milik Celine Dion, I surrender

*Welcome back to hospital*

Berbeda dengan sebelumnya ketika saya menjalani rawat inap dengan diagnosa penyakit yang tak seberapa, kali ini saya harus berusaha menguatkan diri dengan diagnosa penyakit yang  pernah menjadi salah satu kasus yang saya tangani saat menjalani prkatik di salah satu rumah sakit di Malang. Bronkitis. 

Walaupun agak menyedihkan, saya masih merasa beruntung karena penyakit ini masih dalam fase yang dapat disembuhkan apabila mendapat penanganan yang tepat. Tentu saja saya optimis bisa kembali sehat dan bisa say good bye pada penyakit radang paru-paru ini. Ulasan mengenai bronkitis, akan saya bahas lebih detail di postingan lain.

Kurang lebih saya menjalani perawatan selama 7 hari di rumah sakit. Dan karena kondisi yang masih belum fit meski sudah diizinkan pulang sama dokter, saya akhirnya memutuskan untuk pulang ke home sweet home agar bisa lebih maksimal menjalani proses recovery. Well, dengan kembalinya saya ke rumah di kampung, alhamdulillah kondisi saya saat ini kembali membaik. Tinggal satu tahap lagi untuk menang melawan musuh sekaligus guru dalam hidup yang singkat ini.

kemudiaan......

Udahan ah curhatnya. *lepas ikat kepala kemudian teler*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar