Sudah sekitar empat bulanan saya
samaskali tidak memposting apapun di blog ini. Sebagaimana rumah yang lama tak
dikunjungi, tentu saya sangat merindukan laman tempat saya mendokumentasikan
rasa, ide dan sikap ini. Jadi sebelum nulis panjang lebar, saya mau menyapa
unyu blog ini dulu ya
ha loo .... *krik-krik*
Dah ah..
Selama lebih kurang empat bulanan
ini, banyak banget sebenernya hal yang pengen saya tulis dan post di sini. Tapi,
karena sebuah alasan yang saya terlalu benci untuk mengutarakannya, topik-topik
itu nggak jadi saya tulis dalam masing-masing postingan, dan akan saya rapel
dalam postingan edisi rindu kali ini *pasang ikat kepala*
Here we go!!!
Dimulai dari bulan April. Jadi,
pada tanggal 20-25, salah satu organisasi yang saya ikuti dimalang mengadakan sebuah pelatihan kepemudaan tingkat nasional. Pada kegiatan ini, saya diamanahkan mejadi
tim komisi disiplin dalam perangkat kepanitiaan. Wow, unbelievable. Makhluk serapuh
saya ini diminta untuk mendisiplinkan peserta pelatihan yang sangat mungkin jauh
lebih disiplin dari saya. They are really kidding me i thought.
Saya lalu bergalau ria antara menerima atau tidak. Pikiran saya nyaris kacau,
memikirkan amanah yang sangat tidak biasa ini. Kalo bisa milih mending jadi ketua pelaksana sekalian deh daripada diminta kadi komdis. Ketahuilah, beban yang menurut saya teramat
berat ini bukan karena jobdesk membangunkan peserta pukul 01.30 dini hari
kemudian mengevaluasi hingga pukul 03.30 setiap harinya selama 4 hari. Bukan
tentang upaya-upaya merubah orang
menjadi dispilin yang agak mustahil
dilakukan dalam waktu 4 hari. Dan bukan pula karena takut akan perubahan siklus
biologi saya yang akan menyamai kelelawar nanti.
Hanya karena satu hal. Beban amanah jadi komdis menurut saya teramat dekat dengan predikat
munafik.
Selang beberapa hari menggalau
dengan sedikit drama, akhirnya saya membuat sebuah keputusan. Inna a’malu
binniati. Saya meyakinkan diri bahwa saya diberi tanggung jawab bukan karena
kemauan saya tapi karena saya dipercaya dan insya Allah dapat diandalkan.
Tidakkah ini adalah kesempatan yang baik untuk memantaskan diri menjadi sebenar-benarnya manusia yang disiplin? Tidakkah ini menjadi sebuah peluang untuk turut serta dalam lomba
menuju kebaikan? Bismillah I can do it. mari memulai amanah ini dengan
memantaskan diri sebagai seorang evaluator *tapi tetap saja nggak terlalu
pantas hiks*.
Menyadari bahwa dengan senjata
lidah yang tajamnya akan menyayat hati dan peluru kata yang dapat menembus
jantung bagi mereka yang akan dievaluasi, sekiranya ini akan menjadi sebuah
pengingat yang mematikan jika saja saya
diuji dengan kadar iman yang terjun bebas suatu hari nanti. Naudzubillah min
dzalik.
Well, saya dan tim komdis dengan
segenap masalah yang kami punya, berhasil mengeksekusi tugas kami dengan baik.
Wallahu alam dengan keadaan diri kami masing-masing yang tak luput dari kalimat istighfar tiap
menitnya.
Tanggal 20-25 April 2016 menjadi empat
hari yang benar-benar menguras tenaga,
emosi, pikiran, dan isi dompet tentunya. Dengan kondisi fisik yang sangat
sangat rapuh ini, rasanya memang predikat “sok kuat” dari seorang sahabat
terlihat pantas dinobatkan pada diri saya.
Pada suatu hari dalam empat hari
tersebut, saya harus memaksakan diri
untuk tetap ON selama 24 jam karena terhimpit agenda yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak.
Well, saya benar-benar tidak punya pilhan untuk tidur meski sejam dan mencoba
untuk bertahan melewati semua rintangan *le bay Riii*
Hari itu adalah tanggal 22 April.
24 Jam pada hari jumat tersebut terasa seperti hadiah dari Allah. Rasa lelah
yang saya rasakan kiranya tak sebanding dengan perasaan bahagia. Bagaimana tidak, 24 jam pada hari itu terasa
sungguh sangat produktif. Sebuah kesempatan berharga bagi saya untuk menjadi
sebaik-baik manusia, dengan bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu saya tuliskan disini apa saja agenda dalam 24 jam
itu, bercerita seperti ini saja sudah cukup untuk menjadikan saya manusia yang
luar biasa riya wkwkw.
Kemudian, sebuah ujianpun datang
(lagi). Seminggu setelah perhelatan akbar agenda Pelatihan Pemuda tersebut, saya kembali jatuh sakit sesuai dengan prediksi mereka yang cukup
mengenal bahwa musuh terbesar bagi benteng pertahanan kesehatan saya adalah
rasa lelah. Bukan hal yang langka
memang. Bahkan, saya nyaris terbiasa dengan keadaan seperti ini. Yeah, i had
been making a shit deal with it.
Demi tidak merusak salah satu
resolusi di tahun 2016 ini, yaitu tidak kembali dirawat di Rumah Sakit, saya
berusaha semaksimal mungkin, dengan sedikit
ilmu yang saya miliki sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, untuk
menyembuhkan diri tanpa harus ke Rumah Sakit. Tiga hari berturut-turut saya
diserang demam tinggi dengan komplikasi batuk yang bisa dibilang sangat parah.
Obat yang saya konsumsi tak mampu menstabilkan kembali kondisi badan saya.
Hingga akhirnya saya harus melantunkan sebuah lagu milik Celine Dion, I surrender
*Welcome back to hospital*
*Welcome back to hospital*
Berbeda dengan sebelumnya ketika
saya menjalani rawat inap dengan diagnosa penyakit yang tak seberapa, kali ini
saya harus berusaha menguatkan diri dengan diagnosa penyakit yang pernah
menjadi salah satu kasus yang saya tangani saat menjalani prkatik di salah satu
rumah sakit di Malang. Bronkitis.
Walaupun agak menyedihkan, saya
masih merasa beruntung karena penyakit ini masih dalam fase yang dapat
disembuhkan apabila mendapat penanganan yang tepat. Tentu saja saya optimis
bisa kembali sehat dan bisa say good bye pada penyakit radang paru-paru ini.
Ulasan mengenai bronkitis, akan saya bahas lebih detail di postingan lain.
Kurang lebih saya menjalani
perawatan selama 7 hari di rumah sakit. Dan karena kondisi yang masih belum fit
meski sudah diizinkan pulang sama dokter, saya akhirnya memutuskan untuk pulang
ke home sweet home agar bisa lebih maksimal menjalani proses recovery. Well,
dengan kembalinya saya ke rumah di kampung, alhamdulillah kondisi saya saat ini
kembali membaik. Tinggal satu tahap lagi untuk menang melawan musuh sekaligus
guru dalam hidup yang singkat ini.
kemudiaan......
kemudiaan......
Udahan ah curhatnya. *lepas ikat kepala kemudian teler*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar