Memiliki karakter yang tidak begitu feminim seperti kebanyakan perempuan membuat saya sering merenung akhir-akhir ini. Masa saya akan terus
seperti ini sampe ajal datang sih. Sampe
kapan saya menjadi manusia yang kalo ngomong suka bikin orang lain
terintimidasi? Sampe kapan saya menjadi manusia yang terlalu berlogika dan terus-terusan mengesampingkan perasaan? Sampe kapan saya harus dianggap manusia yang tidak
enak di ajak ngobrol seputar permasalahan hati? Sampe kapan
saya menjadi manusia yang kalo marah bisa membahayakan harga diri orang yang
menyebabkan saya marah? Sampe kapaan?
Saya benci menjadi orang yang
perfeksionis. Standar hidup yang saya buat terhadap sebuah pencapaian terlalu
tinggi. Ekpetasi saya terhadap orang lain sangat berlebihan. Saya nyaris selalu
menuntut kesempurna terhadap tanggung jawab
yang diberikan orang lain. Hasilnya? Tentu saja saya menuai kecewa. Salah siapa?
Tentu salah saya yang terlalu idealis.
Mereka yang berharap dimengerti
karena terbiasa lalai dan menganggap maaf dapat memperbaiki segalanya, menganggap saya
adalah musuh terbesar yang harus diwaspadai. Saya memang manusia yang tidak
pantas diberikan tanggung jawab dalam bentuk tim yang mana orang-orangnya tidak
se ambisius saya. Mereka pasti akan tersiksa jika harus bekerja sama dengan
manusia yang banyak menuntut dan sangat nggak selow ini.
Bukan apa-apa dan saya tidak
ingin menyalahkan siapa-siapa. Seperti yang saya bilang diatas, ini adalah
salah saya yang terlalu idealis. Saya menulis ini selain untuk kepentingan curhat, saya juga berharap dapat
menemukan solusi atas permasalahan klasik yang sering saya temui dalam
kepengurusan/ kepanitiaan sekelompok orang yang terbiasa dengan manajemen by
sorry ini.
Mungkin Allah sedang
sayang-sayangya dan cinta-cintanya sama saya sehingga lewat saudara-saudara
ini Allah menguji saya.
Jika memang sudah sebegitu tidak
memungkinkan berharap saudara-saudara saya itu bisa seperti maunya saya, maka
saya yang harus memaksa diri saya untuk memahami mereka dan tetap berprasangka
baik. Saya harus ingat bahwa kesempurnaan, kesuksesan, kebahagiaan, bukan tujuan utama yang harus
saya capai dalam hidup ini. Berkah, itu yang jadi tujuan utama.
Buat apa mendapatkan hasil yang
sesuai dengan ekspetasi saya kalo ujung-ujungnya berkahnya hanya sedikit atau
bahkan tidak berkah? Buat apa saya menyiksa batin kalo ujung-ujungnya lelah
yang saya rasakan justru berbuah dosa?
Rugi bandar ciin.
Ditulis dalam keadaan kesal dan akhirnya bisa tersenyum kembali
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar