Sabtu, 16 April 2016

Bersaudara

Seringkali kita terlalu sibuk mencari kebahagiaan lewat hal yang terlihat istimewa dan menarik bagi kebanyakan orang, sehingga mata tak lagi mampu melihat hal-hal kecil di sekeliling kita yang menawarkan kebahagiaan yang sama atau bahkan lebih.  

Dalam Alquran disebutkan bahwa bahagia itu ada pada hati yang bersyukur. Saya sangat percaya meski kadang perlu diingatkan lagi oleh orang lain. Dengan segala nikmat yang Allah berikan secara cuma-cuma ini, masih belum cukupkah membuat kita bersyukur? Kalau mungkin kamu kesulitan mensyukuri nikmat yang Allah berikan, coba berhenti bernapas selama 1 menit. Saya yakin setelah itu kamu akan berjanji untuk tidak kufur nikmat hehe

Kebahagiaan sederhana yang teramat sangat membahagiakan yang sedang saya rasakan saat ini, dipersembahkan oleh beribu-ribu syukur karena dipersaudarakan dengan seorang adik yang sangat istimewa. 

Usia kelahiran kami selisih 3 tahun dengan proporsi badan yang tidak terlalu berbeda (bahkan lebih besar badan si adik), menjadikan kami tidak terlihat seperti kakak beradik bahkan sering disangka pacaran kalo lagi makan berdua. Tentu hal itu menimbulkan sedikit masalah untuk saya seorang perempuan yang menganut prinsip tidak bersentuhan dengan non mahram.  

Karena takut ada yang berburuk sangka, saya harus merepotkan diri  membuat sebuah pengumuman  di akun media sosial “Kalo ada yang ngeliat saya dibonceng atau berduaan dengan cowok, itu adik kandung  saya bukan siapa2. it's sounds lebay, tapi sebagai muslim yang baik perlu saya lakukan untuk menutup peluang dosa su'udzan buat sebagian orang.

Dulu saya sempat merasa iri dengan seorang teman di kampus karena dia memiliki adik yang berprestasi dan sering sekali dipamer-pamerkan. Tanpa sadar saya sering membanding-bandingkan dengan adik saya yang bisa dibilang sering disindir guru-guru di sekolahnya karena tak mengikuti jejak kakaknya yang sering mengharumkan nama sekolah (nama sekolah sering gw semprot parfum jadinya wangi). 

Saat itu saya belum disadarkan bahwa kebahagiaan itu tidak akan pernah didapatkan kalo kita selalu membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain, dan setiap orang sudah diberikan modal  menuju keistimewaan dengan caranya masing-masing. Tergantung orang tersebut dapat mengelola modalnya dengan baik atau menyepelekannya.

Kata ibu,  saya dan si adik bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda. Kira-kira bedanya begini. Dulu saat masih sekolah (saya SMP dan si adik SD), saat belajar  pada malam hari, saya buka LKS dan jawab soal-soal, sedangkan dia malah otak atik remot TV, robot-robotan, dan semacamnya. Saya adalah tipe orang yang tidak begitu suka bermain dengan anak-anak di sekitar rumah dan lebih memilih baca buku di dalam kamar, sedangkan si adik  malah kenal dengan semua anak-anak sebaya yang ada di kampung kita. 

Dulu kami pernah beberapa kali pindah rumah. Ketika itu saya sangat sulit beradaptasi dengan tempat yang baru saya datangi, si adik malah bisa langsung akrab dengan para tetangga hanya dalam  sehari. Ni anak emang SKSD abis.

Saat ini, saya dan si adik sama-sama merantau di Kota Malang untuk menimba ilmu. Disini kami sama-sama berproses untuk menjadi pemuda yang berguna bagi daerah kami kelak. Dan di sini, di kota malang yang tak lagi sejuk ini, saya akhirnya melihat keistimewaan dalam diri si adik yang membuat saya merasa sangat beruntung dipersaudarakan Allah dengannya. Dalam dirinya, saya melihat begitu banyak hal yang tidak mampu saya lakukan sebagai seorang anak yang kata orang lebih berprestasi dibanding adik saya itu.

Daan dari sekian banyak perbedaan antara saya dan si adik, ternyata ada satu kesamaan yang kami punya. Hal ini saya simpulkan begitu karena setelah saya perhatikan, ternyata adik saya memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap orang lain, tidak apatis terhadap hal apapun dan selalu berusaha bermanfaat di lingkungan dia berada. Sampe-sampe  kalo kita berdua ngobrol saya berasa bicara sama diri sendiri versi lebih maskulin haha.

Sebagai seorang organisatoris dan aktivis kampus (sok bet sok beet), saya tentu ingin si adik mengikuti jejak saya. Dan alhamdulillah, tanpa saya cekokin pemahaman tentang ideologi ini itu  dan segala macamnya, ternyata adik saya sudah melampauinya. Akhirnya selain memiliki wajah yang kata orang mirip, ada juga bukti ikatan batiniah kalo kita memang saudara satu pabrik  haha. 

Ingin sekali saya menuliskan secara detail di tulisan ini apa saja yang membuat adik saya yang tidak pintar-pintar amat itu terlihat begitu istimewa di mata kakaknya sekaligus rival berebut pelukan ayah ini. Tapi sepertinya kok sulit sekali ya menggambarkannya dalam bentuk bait-bait paragraf (ceileeh, padahal mah aslinya udah ngantuk). 

Jangan kecewa ya penonton. Semoga kalian bisa menjalin silaturahmi dengan adik saya biar tulisan ini nggak hoax2 amat hehe

Terimakasih ya dek sudah menjadi saudara sekaligus sahabat buat kakakmu yang cantik, semampai dan aduhai  ini *muntahnya ditahan ya pemirsa*


Semoga kita bersaudara sampe surga, amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar