Kamis, 20 Juni 2019

Mulai Lagi

Halo haloo, it's been a while..
Memang yaa, ternyata aku adalah mahluk yang paling tidak konsisten dalam menjaga ritme postingan tulisan dalam sebuah blog hahahaha....

Boro-boro mau nulis panjang lebar buat disubmit kesini, balesin chat orang aja kalo ga penting-penting amat ya ngendap sampe lumutan baru dibales. Tapi kan beda sis menulis sama balesin chat orang. Emang beda sih, tapi ya gimana ya, udah sebegitu malesnya akutuh berkutat dengat keyboard dan aktivitas ketik mengetiknya *istigfhar rii*

Ini bukan hal baru sih, saya dari dulu emang terkenal nyebelin kalo soal komunikasi tertulis. Hanya ke beberapa orang doang saya bersemangat buat berinteraksi via text. (P.s : ini di luar hal2 kerjaan dan semacamnya ya)

Bilang lagi mengidap writer block aja alesannya panjang bener yee hahaa

Soal menulis, saya nggak bener2 inget kapan memulainya dan apa yang saya tulis waktu itu. Dugaan saya palingan tulisan pertama saya itu sebuah curhat nggak jelas ala abg labil yang kalo disuruh baca saat ini saya lebih memilih mending jadi hakim MK di persidangan gugatan hasil pilpres 2019 huuhuu..

Yang saya ingat, saya menjadi lebih serius dalam dunia tulis menulis saat memutuskan untuk bergabung dengan sebuah organisasi riset ilmiah di fakultas tempat saya menimba ilmu. Namanya Lembaga Studi Ilmiah mahasiswa.

Yah, jadi pengen cerita kan tentang masa-masa awal kuliah dulu. Gapapa ya, kita flashback sebentar mengenang masa-masa ketika saya masih imut-imut *sekaligus amit-amit*

Saya nggak pernah sebelumnya berkeingan untuk kuliah di kota Malang khususon Universitas Brawijaya. Tidak usah diceritakan lah ya gimana ceritanya saya bisa kuliah di UB, sudah pasti karena tidak diterima di kampus tujuan utama saya hahaha

Bener emang kata pepatah bahwa Allah nggak ngasih sesuatu yg kita pengen, melainkan sesuatu yang kita butuh. Dengan diterimanya sebagai mahasiswa Brawijaya, bisa dibilang saya benar-benar beruntung karena dihadiahkan lingkungan yang masyaAllah indah sekali untuk berproses.

Singkat cerita, di awal ospek Fakultas saya merasa benar-benar digembleng untuk siap lahir batin menjadi mahsiswa yang di atas rata-rata. Terlebih dalam aspek gagasan keilmiahan. Saya memang pernah beberpa kali menulis KTI pas SMA, tapi konsep tugas-tugas keilmiahan ospek FKUB benar-benar membuat saya kewalahan saat itu. Saat itupun saya berazam untuk bergabung dengan LSIM demi mempermudah kehidupan saya sebagai seorang mahasiswa. Dan di LSIM ini lah saya belajar dan terlatih untuk menuangkan ide-ide sok iye dan pemikiran sotoy saya ke dalam bait-bait paragraf.

Kurang lebih begitulah asal-muasal perkenalan saya dengan dunia tulis menulis. Sedih sih, tulisan2 saya dalam bentuk proposal KTI, PKM, bussiness plan, press release, dan sejumlah artikel ilmiah semuanya tidak terarsip dengan baik. Jadi semakin gak ada bukti deh bahwa gini-gini saya pernah jadi orang yang waras..

Selain berbekal belajar lewat organisasi kepenulisan, yang perlu banget kita ketahui adalah, menulis bukanlah skill yang bisa didapat dengan proses yang instan. Mau sebanyak apapun bumbu teori yang kita pelajari dan kuasai, tapi kalo nggak sering nulis, rasanya semua akan percuma. Jadinya nanti kayak saya gini, nulis caption sama status FB aja tydack becus.

Lalu sepenting apa menulis itu? Apakah semua orang harus bisa menulis?
Depend on who you are. Jadi ya tidak semua orang harus bisa. Mari kita tidak usah membahas mereka yang tidak terlalu membutuhkan skil menulis sebagai sebuah kewajiban. Menurut saya, yang wajib memiliki skill menulis yaitu mereka yang terlibat dan menempuh jalan sebagai aktivis gerakan. Mereka harus mampu untuk menyampaikan gagasannya melalui tulisan. Tulisan yang tidak sekedar bacotan semata melainkan sesuai dengan kaidah sebenarnya. Tulisan yang menggerakan bahkan mampu menyongsong perubahan. Loh kok jadi serius begini hadeeh.

Berhubung jalan hidup pilihan saya adalah jalur alternatif yang jauh dari semua itu, jadinya menulis buat saya hanyalah sebuah media untuk berbagi isi pemikiran saya yang random. Terlebih karena saat ini saya hidup di belahan bumi yang cukup jauh dari rumah. Jauh dari jangkauan orang-orang yang bisa saya datangi kapan saja ketika butuh pundak untuk bersandar. Menulis akan membuat saya sedikit waras dengan segala drama kehidupan sebagai imigran yang sedang saya jalani saat ini.

Panjang juga ya hmm. Udah ah mau lanjut nontonin drama sidang gugatan hasil pilpres lagi wkwkwk.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar